Rempah dan Herbal, Senjata Nusantara untuk Kembali Menguasai Dunia

Ilustrasi/MetaAI
sosmed-whatsapp-green
Trends.co.id Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Trends.co.id, Jakarta – Sejak berabad-abad lalu, rempah-rempah menjadi alasan bangsa lain berlayar jauh menembus samudra demi singgah di Nusantara. Lada, pala, cengkeh, hingga jahe pernah membuat Indonesia dijuluki spice islands. Kini, mimpi untuk mengembalikan kejayaan rempah kembali dihidupkan lewat inisiatif Badan Nasional Rempah & Herbal Indonesia (Banrehi).

Dalam audiensi bersama Biro Perencanaan Kementerian Pertanian, Banrehi menyampaikan visi besarnya: menjadikan rempah dan herbal bukan sekadar komoditas, tetapi juga strategi bangsa untuk lebih unggul di dunia.

Rempah Bukan Hanya Dapur

Prof. Yudhie Haryono dari tim Banrehi menekankan bahwa Indonesia selama ini terlalu sibuk dengan target-target jangka pendek, misalnya swasembada beras atau kemandirian obat. Padahal, ada komoditas lain yang tak kalah potensial yang jarang dilirik: rempah dan herbal.

“Selama ini kita puas hanya dengan pencapaian kecil. Kita lupa bermimpi menjadi peradaban besar. Padahal, rempah adalah ‘senjata’ kita untuk menguasai dunia,” ujarnya dalam audiensi, Selasa (16/9/2025).

Menurut Yudhie, potensi rempah dan herbal terbukti salah satunya saat pandemi COVID-19. “Sekitar 29 persen obat yang digunakan untuk meredakan gejala ternyata bersumber dari Indonesia, khususnya dari herbal non-generik. Itu saja tanpa desain dan tanpa big data. Bayangkan kalau dikelola dengan serius,” tegasnya.

Ia menghitung, bila strategi nasional digarap secara tepat, kontribusi devisa dari rempah dan herbal bisa menembus 980 triliun rupiah, setara 42 persen APBN. “Ini bisa jadi senjata kita untuk kembali menjadi juara dunia,” tambahnya.

Sejak 11 tahun lalu, Banrehi telah menyuarakan pentingnya rempah. Pimpinan Redaksi Banrehi, Riskal Arief, menjelaskan bahwa pihaknya berupaya menyampaikan aspirasi ini ke berbagai kementerian, termasuk Kementerian Perdagangan, Kesehatan, hingga Staf Khusus Presiden.

“Sejak abad ke-12, Nusantara sudah menjadi pusat perdagangan dunia berkat rempah. Tapi sampai sekarang, rempah dan herbal belum dijadikan komoditas strategis nasional. Padahal kita punya sejarah, punya potensi, dan punya pasar,” kata Riskal.

Rempah dan Herbal, Senjata Nusantara untuk Kembali Menguasai Dunia_Trends.co.id
Tim Badan Nasional Rempah dan Herbal Indonesia (Banrehi) bersama Biro Perencanaan Kementerian Pertanian (Kementan RI) saat audiensi, di Kementan, Selasa (16/9/2025)/Foto Istimewa

Dalam audiensi kali ini, Banrehi membawa sejumlah misi:

  • Memberdayakan petani rempah & herbal,
  • Mendorong riset dan inovasi,
  • Membangun diplomasi rempah di dunia internasional.

Salah satu strategi yang diusulkan adalah pembentukan Trading House Herbal, lembaga yang memungkinkan Indonesia menentukan harga rempah di pasar global. Banrehi juga mendorong integrasi literasi herbal dalam kurikulum pendidikan, serta akses permodalan yang lebih luas bagi petani.

“Negara lain sudah jauh melangkah. India punya Spices Board of India sejak 1987. Tiongkok punya Traditional Chinese Medicine (TCM) yang melayani lebih dari 1,2 miliar pasien. Indonesia harus berani bermimpi setara atau bahkan melampaui mereka,” tutur Riskal.

Biro Perencanaan Kementerian Pertanian melalui Haris menyambut baik semangat Banrehi. Namun ia menegaskan bahwa pembentukan badan nasional membutuhkan prosedur resmi.

“Kami mengapresiasi visi Banrehi. Tapi tentu perlu ada mekanisme, mulai dari penyusunan draft Perpres, analisis kelembagaan, hingga anggaran. Yang penting jangan sampai menimbulkan kesan tumpang tindih dengan unit yang sudah ada,” jelas Haris.

Ia menambahkan, Kementan membuka pintu kolaborasi. “Prinsipnya, mari kita bersinergi untuk memperkuat, bukan bersaing,” katanya.

Audiensi ini menjadi tonggak awal langkah besar Banrehi. Yudhie menutup pemaparannya dengan sebuah visi yang menggugah, lahirnya era baru kejayaan Indonesia, layaknya Majapahit dahulu.

“Semoga ini bukan pertemuan terakhir, tapi langkah awal. Mimpi besar yang kita usung hari ini semoga juga menjadi mimpi anak-anak kita, lalu diwariskan ke cucu-cucu kita. Indonesia harus berani membangun cerita besar baru,” pungkasnya.

Berita Terkait :