Menyatukan Inovasi Sosial dan Kebudayaan Lokal untuk Moderasi Beragama

Istimewa
sosmed-whatsapp-green
Trends.co.id Hadir di WhatsApp Channel
Follow

TRENDS.CO.ID, Bone – Project Budaya Bone Vol. IV, yang diselenggarakan oleh Yayasan Pawero Tama Kreatif bersama Balai Litbang Agama Makassar dan PKUB Kementerian Agama RI, sukses menyelenggarakan Serasehan Moderasi Beragama bertema “Rekko’ Ota: Membangun Ekosistem Moderasi Beragama Melalui Inovasi Sosial dan Teknologi.”

Kegiatan yang berlangsung pada 7-8 Desember 2024 di The Novena Hotel & Convention ini membawa semangat kebersamaan yang menggambarkan kekuatan integrasi budaya lokal dengan nilai-nilai moderasi beragama.

Kegiatan ini tak hanya mengundang berbagai elemen masyarakat, tetapi juga menampilkan kearifan lokal Kabupaten Bone yang sangat terasa melalui pilihan tema. “Rekko’ Ota,” yang berasal dari kebiasaan masyarakat Bugis, mengundang peserta untuk merenung tentang makna kebersamaan dalam menyikapi perbedaan agama dan budaya.

Tema ini tidak hanya mencerminkan aktivitas tradisional yang sarat nilai sosial, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya harmoni antara tradisi dan inovasi dalam membangun masa depan yang inklusif.

Acara ini dibuka oleh Dr. Andi Isra Rani, Kasubag TU Balai Litbang Agama Makassar, yang mengungkapkan apresiasinya terhadap Kabupaten Bone sebagai pionir dalam sosialisasi moderasi beragama di Sulawesi Selatan. Menurut Dr. Rani, Bone memegang peranan penting dalam mengedukasi masyarakat melalui pendekatan yang berbasis pada kearifan lokal, menjadikannya model bagi daerah lain.

Sekretaris Yayasan Pawero Tama Kreatif, Andi Geerhand, menambahkan, “Kepercayaan yang diberikan kepada kami untuk menyelenggarakan acara ini adalah bentuk tanggung jawab besar. Dengan menggali lebih dalam tema ini, kami berharap bisa menguatkan kebudayaan lokal sekaligus memperkenalkan gagasan moderasi beragama yang berbasis pada dialog dan saling pengertian.”

Dalam dua hari kegiatan, para peserta diajak menyelami konsep moderasi beragama melalui beragam materi yang menstimulasi pemikiran kritis. Salah satunya adalah Scenario & Design Thinking, yang membimbing peserta merancang solusi inovatif untuk tantangan sosial, serta Iceberg Theory, yang membuka wawasan tentang aspek-aspek sosial yang sering tersembunyi di balik fenomena permukaan.

Fasilitator seperti Dr. H. Saprillah (Kepala Balai Litbang Agama Makassar) dan Apt. Alwiyah Nur Syarif (Akademisi UIN Alauddin Makassar) membawakan materi dengan cara yang interaktif, memicu diskusi mendalam yang menghubungkan konsep moderasi dengan pengalaman kehidupan sehari-hari.

Suasana yang sangat kental dengan nilai-nilai tradisional dan kebersamaan ini menunjukkan bahwa moderasi beragama bukanlah hanya sebuah teori, tetapi praktik hidup yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk inovasi sosial. Menyikapi perbedaan dengan toleransi, sebagaimana tercermin dalam diskusi dan simulasi, menjadi langkah konkret dalam mencapai harmoni.

Sebagai penutup, Dr. Saprillah mengingatkan, moderasi beragama bukanlah sebuah titik akhir, melainkan sebuah proses berkelanjutan. “Kami berharap hasil dari serasehan ini dapat menjadi pijakan bagi masyarakat untuk terus menjaga nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, acara ini diharapkan bisa menjadi titik awal bagi Kabupaten Bone dalam menciptakan ekosistem moderasi beragama yang lebih inklusif, memadukan teknologi, inovasi sosial, dan kearifan lokal sebagai pondasi masyarakat yang harmonis.

Dengan demikian, Serasehan Moderasi Beragama di Bone bukan sekadar tentang diskusi, tetapi juga menciptakan ruang bagi ide-ide kreatif untuk mendamaikan perbedaan dan memperkuat rasa toleransi di tengah masyarakat yang beragam. Harapan besar adalah bahwa kegiatan ini akan menjadi model yang dapat ditiru oleh daerah lain, memperkuat jalinan moderasi beragama dan membangun masa depan yang lebih damai dan sejahtera.

Berita Terkait :