Bali Masih Kewalahan Kelola Sampah, Padahal Bisa Jadi Sumber Cuan…

Istimewa
sosmed-whatsapp-green
Trends.co.id Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Trends.co.id, Denpasar – Dear Trendies, sudah hampir empat pekan bencana banjir Bali berlalu, selain karena curah hujan yang tinggi ditambah pengelolaan sampah yang tidak maksimal membuat Bali menangis.

Dikutip dari laman Kementerian Lingkungan Hidup, bencana banjir yang terjadi pada 10 September 2025 lalu menjadi cermin rapuhnya tata kelola lingkungan di Pulau Dewata, sebab dari curah hujan ekstrem yang tercatat 245,75 milimeter selama satu hari mengakibatkan 18 orang korban meninggal dan kerusakan bangunan dengan total kerugian mencapai Rp28 Miliar.

Persoalan sampah memang terdengar klasik—apalagi penyelesaiannya tidak ditangani dengan tuntas. Namun hal ini tidak terjadi di beberapa wilayah tdi Indonesia dan mancanegara lainnya, lho Trendies. Masyarakat sekitar, utamanya muda-mudi di wilayah tersebut, mampu mengelola sampah secara optimal.

1. TRASH Indonesia di Tehoru, Maluku

Tehoru Kalesang Sampah yang lebih sering disebut TRASH Indonesia diresmikan oleh pejabat Bupati Malteng pada 28 Oktober 2022. Komunitas ini lahir dari inisiatif anak-anak muda di Tehoru yang prihatin terhadap persoalan sampah plastic di pantai, sungai dan perairan setempat.

Bali Masih Kewalahan Kelola Sampah, Padahal Bisa Jadi Sumber Cuan…TRENDS.CO.ID
Pengelolaan Sampah di Desa Tehoru Awalnya Dari Gerakan Pemuda – Foto by MDPI

Mereka memulai aksi pembersihan di bibir pantai (beach clean-up) dengan hasil sampah yang terbilang merosot berkurang—sebelumnya berjumlah ton menjadi 100 kilogram. Tak hanya itu TRASH Indonesia turut melakukan edukasi ke sekolah-sekolah di wilayah tersebut dengan gerakan yang lebih terstruktur. Sosialisasi yang dilakukan yaitu berbasis 3R (Reduce/Reuse/Recylce), sambil menyelipkan pesan-pesan kepada generasi muda agar dapat menyalurkannya kembali ke anggota keluarga di rumah.

Selain edukasi, TRASH Indonesia juga memberlakukan brand audit atau socialization of waste sorting dengan mengatur komposisi sampah untuk menentukan sampah berharga untuk di jual dan alur pemrosesan aturan lokal dibuat lebih efektif berdasarkan kolaborasi dengan pemerintah daerah.

2. Trash2Cash oleh World Vision Thailand

Gerakan ini diinisiasi oleh World Vision Thailand selama dua tahun terakhir dengan bekerja sama dengan Citi Foundation dan mitra-mitra lokal, bertujuan mengembangkan anak-anak muda dan pelajar untuk mengubah sampah menjadi produk bernilai sebagai peningkatan peluang ekonomi kecil serta membangun kapasitas kehidupan yang lebih tinggi.

Pelajar-pelajar tersebut dibekali skill dalam membuat proposal proyek lingkungan dengan program-program yang berfokus pada kombinasi pendidikan, inovasi produk upcycle, serta pemahaman keterlibatan stakeholder sekolah dan komunitas setempat.

Bali Masih Kewalahan Kelola Sampah, Padahal Bisa Jadi Sumber Cuan...TRENDS.CO.ID
Presentasi siswi Thailand (Foto by World Vision Youth power that changes the world…Turning trash into cash)

Seperti di salah satu sekolah di Nong Salut, Thailand yang berhasil mendapat penghargaan regional dari Kementerian Sumber Data Alam dan Lingkungan dalam kategori Silver Medal – Climate Change and Environmental Youth Network Award 2024. Anak-anak di sekolah tersebut membuat tas dari kantong susu hasil upcycle, di mana program ini melibatkan demonstrasi pemilahan sampah (organik, daur ulang, sampah umum, sampah berbahaya) dan keterampilan upcycling.

3. Scubasurero, Filipina

Inisiatif ini ada di berbagai daerah di Filipina: Cebu, Batangas, Bohol, Palawan, Alaminos City (Hundred Islands), Davao del Norte, La Union, dan lainnya. Gerakan yang diinisiasi oleh sekelompok pemuda yang hobi scuba diving juga para mahasiswa penyelam yang memiliki perhatian besar terhadap sampah bawah laut.

Sejak 2017 mereka melakukan pembersihan bawah laut untuk menarik sampah yang tenggelam dan menempel sehingga merusak ekosistem laut. Tercatat pada beberapa laporan hasil Scubasurero pada April 2021 hingga 2025, ada kurang lebih 11.500 kilogram underwater waste yang berhasil dikumpulkan.

Dampak dan tren yang terlihat dari gerakan ini sangat menunjukan adanya penurunan berat pada persoalan sampah dan kini Scubasurero menjadi kegiatan regular, baik dilakukan bulanan dan tahunan di sebagai besar wilayah Filipina.

Bali dan Indonesia punya banyak tempat dan cerita indah, jangan biarkan tertutup oleh tumpukan sampah. Anak muda di Tehoru, Nong Salut, hingga Filipina sudah membuktikan kalau aksi sederhana bisa jadi gerakan besar yang menginspirasi dunia.

Sekarang giliran kita nih Trendies.. Mulai dari hal kecil—bawa tumbler sendiri, pilah sampah di rumah, ikut bersih-bersih pantai—hingga dorong pemerintah dan komunitas untuk serius membangun sistem pengelolaan sampah. Karena menjaga lingkungan bukan sekadar tugas, tapi gaya hidup.

Kalau kita bergerak bersama, masa depan Bali dan Indonesia bisa tetap hijau, bersih, dan lebih membanggakan bukan…

Berita Terkait :