
Trends.co.id, Jakarta – Dunia kesehatan tengah bergerak cepat menuju era digital, dan Indonesia tidak bisa hanya menjadi penonton. Hal ini disampaikan oleh Grace Tahir, Direktur Mayapada Hospital, saat berbicara dalam forum Connect for Change (C4C) Summit 2025 yang diselenggarakan oleh KUMPUL di Jakarta, Selasa (21/10).
Menurut Grace Tahir, transformasi kesehatan berbasis teknologi bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan mendesak untuk menghadirkan layanan yang lebih cepat, akurat, dan merata di seluruh Indonesia.
“Kalau kita bicara medical equipment, itu kan juga ada teknologinya. Dengan kemajuan peralatan medis, kita bisa mendiagnosis penyakit jauh lebih cepat dan memberikan pengobatan yang lebih tepat sasaran kepada pasien,” jelasnya.
Grace Tahir menilai bahwa tantangan terbesar Indonesia bukan sekadar mengadopsi teknologi baru, tetapi bagaimana menjadi bagian dari penciptaan inovasi itu sendiri. Ia menyinggung bahwa negara-negara maju telah lama berinvestasi besar dalam penelitian dan pengembangan (research and development/R&D), sementara Indonesia masih cenderung menjadi pengguna akhir.
“Negara lain itu menaruh banyak sumber daya di R&D. Kita di Indonesia lebih ke konsumennya. Ada teknologi baru dari luar negeri, kita pakai dan jadi pengguna terbaiknya. Tapi kita perlu ubah mindset: bisa tidak generasi muda kita, dengan dukungan pemerintah, menciptakan teknologi sendiri yang bisa digunakan oleh negara lain? Jangan cuma jadi konsumen, tapi juga jadi innovator dan creator,” tegas Grace.
Pandangan ini memperkuat semangat Connect for Change yang tahun ini mengangkat tema “Bridging the Missing Middle” yakni menjembatani kesenjangan antara pelaku usaha, sektor publik, dan masyarakat agar tumbuh bersama melalui kolaborasi lintas bidang.
Grace juga menyoroti kenyataan bahwa kemajuan teknologi di sektor kesehatan tidak selalu seimbang dengan kemampuan infrastruktur di lapangan. Salah satu contoh yang ia sebutkan adalah layanan telemedicine – yang dinilai efektif namun belum bisa diakses merata.
“Kalau kita bicara telemedicine, itu kan paling mudah diterapkan. Tapi banyak daerah di Indonesia yang masih kesulitan karena koneksi internet belum kuat. Jadi, tantangan kita bukan hanya teknologi, tapi juga kesiapan dasar infrastruktur,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga menjadi prioritas utama. “Kekurangan tenaga medis masih jadi masalah mendasar. Jadi yang penting sekarang bukan hanya teknologi, tapi juga pendidikan untuk dokter, perawat, dan tenaga medis lain agar bisa beradaptasi dengan perubahan ini,” katanya.
Menariknya, Grace menekankan bahwa misi sosial dalam meningkatkan akses kesehatan justru dapat berjalan seiring dengan keberlanjutan bisnis. Baginya, inklusivitas bukanlah beban, melainkan strategi yang cerdas.
“Saat kita mulai inklusif dan menjangkau lebih banyak orang lewat dampak sosial, otomatis aspek keberlanjutan bisnis akan mengikuti. Ketika kita memberikan manfaat, hasilnya akan datang dengan sendirinya. Jadi, ini bukan dua hal yang bertentangan, melainkan saling mendukung,” jelasnya dengan penuh keyakinan.
Grace mengakui bahwa pemerintah Indonesia sebenarnya sudah mulai mendorong digitalisasi rumah sakit melalui penerapan *Hospital Information System* (HIS). Namun, menurutnya, tantangan ke depan adalah bagaimana sistem tersebut bisa terus berkembang dan relevan dengan kemajuan teknologi global yang bergerak begitu cepat.
“Teknologi itu terus berubah. Tantangannya adalah bagaimana kita bisa terus mengikuti perkembangan itu,” ujarnya.
Dalam forum yang mempertemukan pelaku lintas sektor ini, Grace juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara dunia usaha, akademisi, dan pemerintah untuk mendorong inovasi yang berdampak nyata.
“Transformasi tidak bisa jalan sendiri. Semua pihak harus punya tanggung jawab dan mencoba menemukan cara baru, bukan terus berpikir dengan pola lama,” katanya mengutip pernyataan pembicara lain di forum tersebut.
Bagi Grace, inilah saatnya Indonesia tidak hanya menjadi pasar bagi teknologi kesehatan global, melainkan pusat inovasi yang mampu menelurkan solusi bagi masyarakat dunia. Sebuah langkah besar yang dimulai dari keberanian untuk berubah dan tekad untuk menciptakan, bukan hanya memakai.