Taiwan Tantang China untuk Rebut Kembali Wilayah yang Diserahkan ke Rusia di Abad ke-19

Upacara peringatan perang melawan pasukan Tiongkok di pulau garis depan di Kinmen/Reuters
sosmed-whatsapp-green
Trends.co.id Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Lebih lanjut, Lai menantang China dengan mengatakan, “Jika memang demi integritas teritorial, mengapa mereka tidak mengambil kembali tanah yang diduduki oleh Rusia yang telah diserahkan dalam Perjanjian Aigun? Rusia sekarang berada di posisi terlemahnya, bukan?”

Lai menambahkan bahwa tuntutan China atas Taiwan tidak didasarkan pada klaim teritorial, tetapi lebih kepada keinginan untuk mengubah tatanan internasional berbasis aturan yang ada. “China ingin mencapai hegemoni di wilayah internasional, khususnya di Pasifik Barat. Itulah tujuan sebenarnya mereka,” tegas Lai.

Kantor Urusan Taiwan China belum memberikan tanggapan langsung atas pernyataan Lai. Selama ini, China berpegang pada posisinya bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayahnya yang “tidak terpisahkan” sejak zaman kuno, dan tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya.

China sendiri masih merujuk pada berbagai perjanjian di masa lalu sebagai dasar klaim mereka. Taiwan diserahkan oleh Dinasti Qing kepada Jepang pada tahun 1895 melalui Perjanjian Shimonoseki, dan setelah akhir Perang Dunia II pada tahun 1945, Taiwan dikembalikan kepada Republik China.

Namun, pada tahun 1949, pemerintahan Republik China melarikan diri ke Taiwan setelah kalah dalam perang saudara melawan pasukan komunis Mao Zedong.

Dengan semakin memanasnya ketegangan antara Taipei dan Beijing, komentar Lai ini dipandang sebagai langkah strategis untuk mengungkap kontradiksi dalam klaim teritorial China dan menyoroti ancaman terhadap tatanan dunia internasional yang diupayakan oleh China.

Pages: 1 2Show All
Berita Terkait :