Sukses Sebelum 30: Yisti Yisnika, Merintis Oclo dari Jastip Hingga Jadi Brand Fashion Lokal

Yisti Yisnika/IG
sosmed-whatsapp-green
Trends.co.id Hadir di WhatsApp Channel
Follow

TRENDS.CO.ID – Tidak semua kesuksesan lahir dari panggung besar. Beberapa justru bermula dari koper sederhana dan tekad kuat seorang mahasiswi yang ingin mandiri. Di balik kesibukan kuliah dan dunia tugas yang padat, Yisti Yisnika, 29 tahun, menemukan celah peluang: jasa titipan (jastip) baju lokal.

Dari sana, benih Oclo tumbuh sebuah brand fashion perempuan yang kini menjelma menjadi salah satu UMKM fashion lokal paling menjanjikan, memberdayakan lebih dari 90 talenta lokal dan sukses mencatatkan hampir 90 persen penjualannya melalui Shopee.

“Dunia bisnis itu seperti mencari jarum di dalam jerami, kalau tidak tahu cara yang tepat, ya tenggelam,” ungkap Yisti, mengenang awal perjalanan bisnisnya yang dimulai di usia 19 tahun.

Bermodal kuota internet dan koper bagasi, ia mengantarkan produk titipan dari pelaku UMKM ke pelanggan. Tak ada modal besar, yang ada hanya semangat, keberanian, dan kejelian membaca kebutuhan perempuan muda Indonesia akan pakaian yang sopan, anggun, tapi tetap stylish.

Berawal dari jastip, Yisti menangkap pola minat konsumen. Ia belajar tren, warna favorit, hingga selera pasar. Saat merasa cukup matang, ia pun memutuskan memproduksi sendiri dan mendirikan brand Oclo. Nama yang ringkas, mudah diingat, namun fleksibel untuk berkembang ke berbagai lini produk.

“Hampir tiap minggu kami rilis 10 sampai 25 model baru. Kami belajar dari fast fashion, tapi tetap pegang kualitas. Kalau konsumen puas, mereka pasti kembali,” jelasnya.

Kini Oclo menawarkan blouse, hijab, rok, celana, hingga tas. Gaya yang diusung minimalis dan wearable mudah dipadu-padankan, cocok untuk kantor, hangout, atau acara formal. Prinsipnya: tidak sekadar menjual baju, tapi menghadirkan solusi berpakaian bagi perempuan aktif masa kini.

Namun, bukan berarti semua berjalan mulus. “Saya sempat kerjakan semuanya sendiri, dari desain, bungkus, antar paket, sampai urus komplain. Tapi justru dari situ saya belajar soal prioritas dan efisiensi,” ujar Yisti.

Saat kesulitan menangani order manual, Yisti beralih ke Shopee pada 2017. Langkah ini menjadi titik balik. Fitur seperti Shopee Live, Shopee Video, dan Shopee Affiliate Program membuat interaksi dengan konsumen semakin hidup. Lewat Shopee Live, Oclo bahkan mencatat kontribusi hingga 35 persen dari total penjualan.

Puncaknya, dalam kampanye Shopee 12.12 Birthday Sale 2024, Oclo mengalami lonjakan pesanan hingga 7 kali lipat dibanding hari biasa.

“Shopee bukan sekadar platform. Ini ekosistem. Saya bisa otomatisasi penjualan, akses pelatihan, dan menjangkau pasar luar Jawa tanpa perlu toko fisik,” ujar Yisti. Hampir delapan tahun bersama Shopee, Yisti menyebut 90 persen total penjualannya kini berasal dari platform ini.

Tren fashion berubah cepat. Menurut Yisti, tahun ini pasar cenderung ke gaya clean look, potongan simpel, dan warna earth tone yang kalem namun versatile. Oclo pun menyesuaikan diri. Selain merilis koleksi baru yang relevan, mereka juga memperkuat kampanye visual melalui konten kreator dan komunitas digital, terutama lewat Shopee Affiliate Program.

Tidak hanya di ranah digital, Yisti juga menyiapkan langkah ekspansi offline. “Tahun ini kami rencanakan buka toko fisik pertama di Jakarta. Ini jadi milestone baru buat kami,” jelasnya.

Bagi Yisti, Oclo bukan sekadar usaha. Ini tentang kebermanfaatan. Ia bangga karena bisnis yang ia mulai dari kamar kos kini membuka peluang kerja untuk lebih dari 90 orang: dari penjahit, tim kreatif, pengemasan, hingga CS. “Fashion bisa jadi medium pemberdayaan. Saya ingin Oclo tumbuh bersama komunitas di sekitarnya.”

Meski kini dikenal sebagai founder brand fashion sukses, Yisti mengaku dirinya tidak punya latar belakang fashion. Semua dipelajari sambil jalan. “Kalau nunggu semua sempurna, ya tidak akan mulai-mulai. Usaha itu harus dilakoni dengan hati, sabar, dan jangan takut gagal,” tuturnya.

Perjalanan Yisti Yisnika membuktikan bahwa konsistensi dan keberanian mengambil langkah kecil bisa membawa pada perubahan besar. Ia menjadi contoh nyata bagaimana generasi muda bisa berkarya, memberi dampak, dan menginspirasi bahkan sebelum usia 30.

Berita Terkait :