Pengaruh Mikrobioma terhadap Kesehatan Mental

Ilustrasi
sosmed-whatsapp-green
Trends.co.id Hadir di WhatsApp Channel
Follow

TRENDS.CO.ID, Jakarta – Mikrobioma, kumpulan triliunan mikroorganisme yang mendiami tubuh manusia, telah menjadi fokus penelitian dalam berbagai bidang kesehatan, termasuk kesehatan mental. Berbagai studi menunjukkan bahwa mikrobioma tidak hanya berperan dalam pencernaan, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental.

Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam tentang bagaimana mikrobioma berinteraksi dengan otak dan mempengaruhi kondisi mental kita.

Mikrobioma dan Kesehatan Mental

1. Keterkaitan Mikrobioma dan Penyakit Mental

Dr. Bongjoon Kim, Ahli Probiotik dan Mikrobioma dari Korea saat ditemui di Jakarta belum lama ini menjelaskan bahwa perubahan dalam mikrobioma usus dapat memengaruhi mood dan emosi. “Banyak penyakit mental, seperti depresi dan kecemasan, telah dihubungkan dengan ketidakseimbangan mikrobiota di dalam usus,” ungkapnya.

Menurut Dr. Kim, penurunan keberagaman mikrobioma dapat menyebabkan peningkatan risiko gangguan mental.

“Ketika kita mengalami gangguan dalam mikrobiota, kita juga dapat melihat dampak negatif pada fungsi otak. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan gangguan mood sering kali memiliki mikrobiota yang kurang beragam dibandingkan dengan mereka yang sehat,” tambahnya.

2. Sumbu Gut-Brain: Jembatan antara Usus dan Otak

Salah satu mekanisme yang menjelaskan hubungan antara mikrobioma dan kesehatan mental adalah sumbu gut-brain. Sumbu ini merujuk pada komunikasi dua arah antara usus dan otak. Mikrobiota usus dapat memproduksi neurotransmiter dan senyawa kimia lain yang berfungsi sebagai pengatur mood.

Pengaruh Mikrobioma terhadap Kesehatan Mental_trends.co.id
Ilustrasi

Dr. Kim menjelaskan, “Sekitar 90% serotonin, neurotransmitter yang berperan dalam mengatur suasana hati, diproduksi di usus. Jika kesehatan mikrobioma terganggu, produksi serotonin dapat terganggu juga.”

Michael Duong, Managing Director Amway Malaysia, Indonesia & Brunei menambahkan, kesehatan usus yang baik dapat membantu menjaga keseimbangan kimia dalam otak.

“Kami melihat banyak orang yang mengalami masalah kesehatan mental mulai memperbaiki pola makan mereka dengan memasukkan lebih banyak serat dan probiotik. Hasilnya, tidak hanya kesehatan fisik yang membaik, tetapi juga kondisi mental mereka.”

Jumlah Bakteri di Usus dan Peranannya

Di dalam usus manusia, terdapat sekitar 100 triliun bakteri yang terdiri dari ribuan spesies berbeda. Meskipun hanya 1-2% dari total bakteri yang dapat diidentifikasi, keberagaman ini memainkan peran penting dalam fungsi tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa ada lebih dari 1.000 spesies bakteri di usus kita, yang berperan dalam pencernaan makanan, produksi vitamin, serta perlindungan terhadap patogen.

Keberagaman mikrobiota ini sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan. “Keberagaman bakteri dalam usus berfungsi sebagai pertahanan alami tubuh. Jika keberagaman ini berkurang, kita menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit mental,” jelas Dr. Kim.

Sebagai contoh, bakteri seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium merupakan jenis probiotik yang telah terbukti membantu dalam meningkatkan kesehatan mental. Mereka berkontribusi pada pengaturan serotonin dan neurotransmitter lain yang berhubungan dengan suasana hati. Jika jumlah bakteri baik ini menurun, maka potensi untuk mengalami masalah mental seperti depresi dan kecemasan juga meningkat.

Dampak Gaya Hidup terhadap Mikrobioma

1. Pola Makan yang Sehat

Pola makan memainkan peran kunci dalam menjaga kesehatan mikrobioma. M. Rizal Arnex, General Manager Amway Indonesia menekankan pentingnya konsumsi serat, sayuran, dan buah. “Diet yang kaya akan serat sangat penting untuk mendukung keberagaman mikrobiota. Semakin beragam mikrobiota kita, semakin baik kita dapat mengelola kesehatan mental kita,” ungkapnya.

“Sayuran dan buah tidak hanya memberikan serat yang dibutuhkan mikrobiota, tetapi juga mengandung vitamin dan mineral penting yang berkontribusi pada kesehatan otak,” tambah Duong.

2. Manajemen Stres

Dr. Kim juga menyoroti bahwa stres memiliki dampak yang signifikan pada mikrobiota. “Stres dapat mengganggu mikrobiota usus, yang pada gilirannya dapat menyebabkan masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres dan menjaga pola makan yang sehat untuk mendukung kesehatan mental,” jelasnya.

Penelitian Terkini dan Temuan

Penelitian yang dilakukan di berbagai belahan dunia semakin menunjukkan bahwa intervensi pada mikrobioma dapat memberikan efek positif pada kesehatan mental. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Microbiology, para peneliti menemukan bahwa suplemen probiotik dapat membantu mengurangi gejala depresi pada individu yang mengalami gangguan mental.

Amway juga telah melakukan penelitian untuk memahami lebih lanjut tentang hubungan antara mikrobioma dan kesehatan.

Michael Duong menjelaskan, “Kami telah melakukan studi yang melibatkan lebih dari 4.000 orang di Malaysia terkait dengan kesehatan mikrobioma mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 70-80% dari peserta yang memiliki masalah tekanan darah, kolesterol, atau diabetes mengalami perbaikan setelah mengikuti program peningkatan kesehatan yang kami sarankan, termasuk mengonsumsi probiotik dan melakukan perubahan gaya hidup.”

“Peserta yang mengikuti program ini dan memperbaiki pola makan mereka dengan lebih banyak serat, sayuran, dan mengurangi stres, menunjukkan penurunan signifikan dalam gejala kesehatan mereka dalam waktu dua hingga enam bulan. Ini menunjukkan bahwa dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita bisa membantu mencegah penyakit lebih awal dan memperbaiki kesehatan mental secara keseluruhan,” tambahnya.

Pengaruh mikrobioma terhadap kesehatan mental semakin jelas terlihat melalui penelitian yang terus berkembang. Keterkaitan antara mikrobiota usus dan kondisi mental menunjukkan bahwa menjaga kesehatan mikrobioma adalah langkah penting dalam mendukung kesejahteraan mental.

Edukasi tentang mikrobioma, perbaikan pola makan yang mengutamakan serat dan probiotik, serta pengelolaan stres menjadi langkah-langkah yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan mental. Dengan kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya kesehatan mikrobioma, masyarakat dapat mengadopsi pendekatan yang lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mental mereka, menciptakan kehidupan yang lebih seimbang dan sehat.

Berita Terkait :