
Bukannya aku kurang ajar tidak merespon perasaan ingin tahu seorang ibu terhadap kondisi yang dialami anaknya. Namun ibu akan marah bila karena hanya masalah cinta, anak laki-laki satu-satunya yang dibanggakan keluarga mengalami depresi yang disebabkan hal remeh-temeh. Cinta!
Aku masih ingat petuah ibu. Suatu malam di kala sedang santai, ibuku berpesan agar aku kokoh dan kuat seperti karang yang tidak mudah goyah diterpa gelombang pasang surut air laut yang dipermainkan oleh hukum gravitasi.
“Kamu anak laki-laki. Kebanggaan keluarga. Tidak boleh cengeng. Bila ada masalah hadapi dengan sikap kstria. Dengan cara jantan sebagai seorang laki-laki,”. Kata-kata ibu seperti gendang yang menari nari di telinga. Selalu tergiang-ngiang.
Kini aku sedang dibelenggu masalah asmara. Tapi aku tidak kuat menghadapinya. Jiwaku rapuh.
Waktu seperti elang. Menerbangkan sukmaku jauh ke angkasa. Perlahan aku sadar. Aku harus bangkit. Kuat seperti pesan ibuku “laki-laki tidak boleh cengeng. Ya laki-laki tidak boleh cengengesan. Aku seakan mendapatkan vaksinasi tambahan tenaga ekstra. Wajah Miranda mulai memudar. Menjauuuuhhh entah ke mana.
Pesan ibu di malam itu kembali hadir. Laki-laki harus kuat seperti karang dan tak mudah goyah. “Ketika aku tidur dan bermimpi, aku melihat hidup ini suatu keindahan. Ketika aku bangun dan melihat hidup ini suatu kewajiban. Ah! Ibu kamu benar.
Oleh : Yos Naiobe
Morowali, Minggu 1 September 2024.