
TRENDS.CO.ID, Kamboja – Dunia intelijen kembali diguncang oleh berita besar. Asif W. Rahman, seorang pejabat CIA yang beroperasi di luar negeri, ditangkap pada Selasa di Kamboja atas dugaan kebocoran dokumen rahasia yang mengungkap persiapan Israel untuk serangan balasan terhadap Iran. Berdasarkan dokumen pengadilan yang diajukan di Guam, Rahman segera dibawa ke wilayah AS untuk menghadapi tuduhan berat.
Menurut sumber yang memahami kasus ini, Rahman didakwa dengan dua pelanggaran terhadap Undang-Undang Spionase, yang secara tegas melarang penyimpanan atau penyebaran informasi rahasia tanpa izin. Tuduhan tersebut didasarkan pada dugaan bahwa pada 17 Oktober lalu, Rahman membocorkan dua dokumen penting dari Kamboja, yang kemudian muncul di platform media sosial pro-Iran, Telegram, melalui saluran “Middle East Spectator.”
Dokumen rahasia yang diunggah tersebut diyakini dihasilkan oleh Badan Intelijen Geospasial Nasional AS (NGA), lembaga yang memiliki peran kunci dalam menganalisis citra satelit. Informasi dalam dokumen tersebut menunjukkan bahwa Israel tengah mempersiapkan operasi militer, termasuk “aktivitas UAV rahasia” yang hampir dipastikan akan digunakan untuk serangan terhadap target Iran.
Selain itu, analisis NGA mengungkap latihan udara Israel yang diduga terkait dengan persiapan serangan jarak jauh. Aktivitas militer tersebut tampak sebagai respons atas situasi tegang di Timur Tengah, terutama setelah serangkaian serangan rudal dari Iran pada awal Oktober.
Kebocoran ini terjadi di tengah upaya pemerintah AS, terutama Presiden Joe Biden, untuk meredam konflik antara Israel dan Iran. Menurut sumber diplomatik, Biden mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menjaga respons yang terukur dan menghindari eskalasi di kawasan tersebut.
Netanyahu sendiri dikabarkan berjanji kepada Biden bahwa Israel akan melakukan serangan yang terbatas hanya pada target militer Iran, menghindari infrastruktur sipil atau fasilitas nuklir yang dapat memperburuk ketegangan.
Kebocoran dokumen rahasia ini menjadi perhatian besar bagi keamanan nasional AS. Dalam pernyataannya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby menegaskan bahwa kebocoran semacam ini “sangat memprihatinkan” bagi Presiden Biden, yang telah berkomunikasi langsung dengan pemerintah Israel mengenai dampak dari informasi rahasia yang tersebar tersebut.
Seorang pakar keamanan internasional, Dr. Farid Nadeem, menyebut bahwa kasus ini adalah “tamparan keras bagi integritas jaringan intelijen AS.” Dia juga menambahkan bahwa kebocoran ini memperlihatkan tingkat ketegangan di Timur Tengah, yang berpotensi mengganggu stabilitas politik kawasan tersebut.
Asif W. Rahman, yang kini menghadapi proses hukum, dijadwalkan untuk hadir di persidangan di Guam pada pekan ini. Dari sana, ia akan dipindahkan ke Virginia Utara untuk melanjutkan proses peradilan di pengadilan federal.
Kasus ini dinilai berdampak langsung terhadap hubungan antara AS dan Israel, terutama di bidang intelijen dan keamanan. Washington telah lama menjadi sekutu utama Israel dalam berbagai operasi keamanan, namun insiden ini dapat mengguncang kepercayaan di antara kedua negara.
Dengan kebocoran yang telah tersebar luas, ketegangan antara Iran dan Israel pun diperkirakan akan terus meningkat. Para pengamat percaya bahwa langkah-langkah strategis AS ke depan akan sangat dipengaruhi oleh hasil penyelidikan terhadap Rahman dan potensi dampaknya pada keamanan global.
Seiring perkembangan kasus ini, pemerintah AS akan terus melakukan evaluasi terhadap prosedur keamanan informasi di kalangan staf CIA.